Awas, Bahaya Pisau Cukur
Berjubelnya pelanggan yang antre di tempat pangkas rambut barang kali sudah menjadi pemandangan lumrah. Padahal, tempat pangkas rambut semacam ini sangat riskan menularkan penyakit, salah satunya adalah HIV/AIDS...
Berjubelnya pelanggan yang antre di tempat pangkas rambut barang kali sudah menjadi pemandangan lumrah. Padahal, tempat pangkas rambut semacam ini sangat riskan menularkan penyakit, salah satunya adalah HIV/AIDS. Kok bisa? Jika dicermati, virus mematikan yang belum ditemukan obatnya ini dapat menular melalui tiga cairan. Yakni darah, carian sperma (pada pria, red), dan cairan vagina (pada wanita, red).
Khusus untuk tempat pangkas rambut, berpotensi menularkan HIV/AIDS melalui darah. Hal ini terjadi apabila pisau cukur (kurisan, red) yang digunakan tidak steril. Penularan bisa terjadi apabila pisau tersebut melukai pelanggan ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Darah yang menempal pada pisau cukur sangat rentan menularkan HIV/AIDS kepada pelanggan lain. Apabila sang pelanggan juga terluka oleh pisau yang sama.
Dalam hal ini, proses penularan HIV/AIDS terjadi melalui darah. Yakni masuk kepada orang lain melalui luka akibat pisau cukur yang tidak steril. Benarkah? Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Klungkung dr. RA Herman Hartanto ketika dikonfirmasi tidak mengelak jika penularan HIV/AIDS melalui media pisau cukur bisa saja terjadi. “Bisa saja hal itu terjadi, tapi persentasenya sangat kecil. Bahkan sampai saat ini belum ditemukan kasus semacam itu (penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur, red),” papar dr Herman, belum lama ini.
Dilain pihak, penyebab pasti penularan HIV/AIDS kepada seorang ODHA sangat sulit terdeteksi. Lantaran ada beberapa faktor menonjol yang menjadi pemicu utama masuknya virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh pada manusia ini. Seperti jarum suntik yang tidak steril dan hubungan seksual. “Selama ini penularan HIV/AIDS lebih dominan kepada hubungan seksual dan jarum suntik. Kalau melalui pisau cukur belum pernah terjadi,” tambahnya.
Kendati demikian, bukan berarti pelanggan harus takut masuk salon maupun tempat pangkas rambut di pinggir jalan. Jalan paling aman adalah dengan cara membawa pisau cukur sendiri. “Saya yakin para tukang pangkas rambut selalu membersihkan peralatannya sebelum mulai bekerja. Selain itu, peluang penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur sangat kecil presentasenya, bahkan bisa dikatakan mustahil,” papar lelaki jebolan Fakultas Kedokteran UGM ini.
Dilain pihak, perdebatan mengenai penularan HIV/AIDS melalui pisau cukur hingga saat ini masih terjadi. Sebagian kalangan menilai, pisau cukur aman dari HIV/AIDS. Namun dilain pihak, ada pula kalangan yang gencar melakukan sosialisasi kepada tukang cukur. Terkait bahaya penularan HIV/AIDS melalui alat cukur. Salah satunya adalah yayasan Bambu, Madiun. Yayasan yang peduli AIDS ini dengan tegas mengatakan bahwa pisau cukur yang digunakan secara bergantian, sangat berpotensi menularkan HIV/AIDS.
“Banyak masyarakat dan tukang cukur yang kurang paham, jika penggunaan pisau cukur secara bergantian berpotensi menularkan HIV/AIDS,” jelas Direktur Yayasan Bambu Nusantara Madiun, Andreanus M Uran, seperti yang dilansir okezone.com, belum lama ini. Solusi terbaik, kata Andreanus adalah dengan cara membawa pisau cukur pribadi ke tempat pangkas rambut. (baskara)