Seks Bebas Geser Dominasi Jarum Suntik

by admin / Jun 06, 2011 / 0 comments

Pola pergaulan bebas ternyata berdampak luas. Tidak hanya menghancurkan masa depan generasi muda. Ancaman yang lebih serius yaitu kemunculan “monster” mematikan bernama Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)...

Pola pergaulan bebas ternyata berdampak luas. Tidak hanya menghancurkan masa depan generasi muda. Ancaman yang lebih serius yaitu kemunculan “monster” mematikan bernama Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) juga mengintai setiap saat. Fakta mengungkapkan, momok menakutkan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini telah merenggut banyak korban jiwa. Bahkan di Bali, dalam bulan Oktober 2010 ini saja, tiga nyawa telah melayang. Akibat ganasnya virus yang menyerang sistem imun atau kekebalan tubuh pada manusia ini.
Ironisnya, pola penyebaran HIV/AIDS belakangan ini menunjukkan pergeseran. Dari penggunaan jarum suntik ke seks bebas. Berdasarkan catatan sejarah, kasus HIV/AIDS pertama kali di Indonesia ditemukan di Bali. Yakni meninggalnya seorang wisatawan asing tahun 1987.

Sejak saat itu hingga akhir tahun 2002, penyebaran HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat. Kala itu, penggunaan jarum suntik yang tidak steril di kalangan pengguna NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain) dan jarum suntik, dituding sebagai penyebab utama penyebaran virus HIV/AIDS. Tapi mulai tahun 2006, terdapat pergeseran tren. Yakni tenggelamnya dominasi jarum suntik, yang kemudian tergantikan oleh prilaku seks bebas.

Fakta lain yang tak kalah mengejutkan adalah adanya pasien positif AIDS yang masih berusia remaja, berkisar antara 18-21 tahun. Jika masa inkubasi HIV berkisar antara 5-10 tahun, tentu saja sang pasien sudah pernah melakukan hubungan seks dengan penderita HIV pada usia antara 13-15 tahun. Sungguh suatu fakta yang membelalakkan mata tentunya.

Dilain pihak, keberadaan Wanita Pekerja Seks (WPS) juga dituding sebagai salah satu faktor pendorong penyebaran HIV/AIDS melalui hubungan seks. Termasuk kalangan waria dan Lelaki Suka Lelaki (LSL). Parahnya lagi, kesadaran untuk menggunakan kondom sebagai alat pelindung juga sangat rendah. Sehingga penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks kian sulit terbendung. Para ibu rumah tangga dan anak-anak tak berdosa juga tak luput dari kejaran “monster” mematikan ini. Lantaran sang bapak doyan “jajan” tanpa pengaman.

Dari sekian banyak faktor penyebab HIV/AIDS, yang paling memprihatinkan adalah prilaku pergaulan bebas kalangan remaja. Baik kalangan mahasiswa maupun pelajar. Sebagai insan terpelajar, mereka seharusnya paham dengan resiko penularan HIV/AIDS. Tapi nyatanya, banyak prilaku bablas yang justru ditempuh kalangan remaja terpelajar ini.

Ketika cinta telah berselimut nafsu, akal sehat seolah tak mampu berbuat banyak. Prilaku seks bebas telah mengalahkan moral, etika, dan budaya kita sebagai orang timur. Berdasarkan hasil penelitian disejumlah kota besar di Indonesia, sekitar 20-30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Tentu saja ini menjadi “ladang” potensial berkembangnya HIV/AIDS.

Menurut pakar seks sekaligus specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha, hasil survey terhadap kelompok remaja usia 17-21 tahun menunjukkan, dari tahun ke tahun remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Pada tahun 1980-an jumlahnya hanya sekitar lima persen. Kemudian meningkat tajam menjadi 20 persen di tahun 2000. Lantas, siapakah yang harus disalahkan? Benarkah faktor kontrol orang tua menjadi penyebab utama? Atau memang telah terjadi degradasi moral di kalangan remaja?

Banyak faktor penyebab meningkatnya kasus seks bebas. Selain lemahnya kontrol orang tua, faktor merosotnya pemahaman nilai-nilai agama juga menjadi pemicu prilaku seks bebas. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga juga menjadi penyebab remaja lari dari kenyataan.

Paling parah adalah maraknya peredaran video porno. Apalagi jika dipemerankan oleh tokoh idola yang digandrungi kaum remaja. Sekali menonton film porno, maka adegan itu bakal melekat kuat dalam benak siapa saja. Jadi tak heran, jika belakangan ini pemerintah gencar memberangus peredaran film porno.

Beragam gebrakan juga dilakukan sejumlah kalangan untuk menyelamatkan generasi muda dari ancaman HIV/AIDS. Sosialisasi di kalangan pelajar tak henti-hentinya digaungkan. Himbauan menggunakan kondom bagi pasangan pranikah juga terpampang dimana-mana. “Seks pranikah adalah dosa. Tapi kalau berani dosa, gunakan kondom.” Demikian bunyi spanduk yang tersebar disejumlah ruas jalan utama. Tujuannya jelas, salah satunya adalah menyelamatkan generasi muda dari ancaman HIV/AIDS. (mirna)